Home »
» PENGELENGSIR - KAMI ADALAH BANGSA PEMAAF
Tradisi Adat Sasak "betetulak" sebagai salah satu Kearifan Lokal yang kita miliki sudah sepatutnya kita jaga kelestariannya karna selain untuk mempererat hubungan silaturahim antar warga juga memiliki nilai luhur yang terpendam didalamnya. Terlebih lagi dari prosesi acara ini selain melibatkan Tokoh Adat juga melibatkan Tokoh Agama yang memimpin do'a bersama agar terhindar dari segala mala peteka dan bencana.
Baca di sini : Tradisi Adat Sasak "betetulak" Marang Pedalaman - Kotaraja
Sebuah kesuksesan tidak mesti berjalan mulus tanpa ada rintangan. Begitu pula dengan upaya untuk mengangkat dan mempertahankan Tradisi Adat Sasak "betetulak" ini, sejak menjelang hingga pasca Acara Puncak sempat terjadi perdebatan beberapa warga di beberapa forum sosial media tentang prosesi acara yang menurut salah seorang warga (Eyang Guru) bahwa Tradisi Adat ini adalah syirik. Sementara itu, warga masyarakat Marang merasa keberatan dengan pernyataan tersebut hingga hampir berujung pada kerusuhan.
Pengelengsir
Menyikapi akan hal ini, para Tokoh Masyarakat (Pengelengsir) Marang Pedaleman mengadakan pertemuan untuk membahas permasalahan serta mencari solusi yang terbaik untuk meredam emosi masyarakat Marang yang geram akan pelecehan Tradisi Adat tsb. Permasalahan tersebut harus segera diselesaikan karna jika berlarut-larut tentu akan menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan.
Diungkapkan oleh salah satu Tetua (Pengelengsir) H Lalu Suharto bahwasannya acara Adat "bebetulak" adalah tradisi yang sejak dahulu dilakkan oleh para leluhur Marang Pedaleman dengan tujuan untuk memohon kepada Allah agar terhindar dari musibah ataupun bencana. Begitu pun yang dilaksanakan saat ini adalah untuk tujuan yang sama dan juga untuk membangkitkan lagi kegiatan "betetulak" yang sekian lama hilang.
"Adapun mengenai permasalahan yang timbul saat ini adalah karna kesalahfahaman, seseorang yang mengatakan tradisi ini syirik tentu belum memahami secara benar niat dan tujuan dari "betetulak" ini. Memang saat ini masyarakat kita Marang sangat geram dengan ungkapan (syirik) tersebut, bahkan kabarnya sebagian warga Marang sempat mencari seseorang tersebut ke rumahnya untuk minta pertanggungjawaban ucapannya namun tidak bertemu saat itu, begitulah kemarahan warga kita. Namun begitu, kita di sini sebagai tetua sebenarnya tidak megharapkan kejadian seperti itu. Kita harus bijak dalam menanggapi masalah ini, karna mungkin seseorang tersebut masih belum faham dengan Tradisi Adat kita ini. Mari kita undang mereka untuk membahas permasalahan ini, dan atas ucapannya (mengatakan syirik) yang melukai hati masyarakat kita bisa maafkan. Namun perlu kita undang dia dan berikan pemahaman agar kita bisa saling menghargai dan memaafkan, karna kita adalah pemaaf!" tuturnya.
Lalu Jaya Wardana juga mengungkapkan, "Ini adalah Budaya Adat yang kita miliki yang secara turun temurun dilaksanakan oleh para Pendahulu kita. Kita memang sangat marah dan terpukul dengan ucapan salah seorang tersebut yang telah menghina dan melecehkan Tradisi Adat kita, dan memang jika kita menuruti amarah tentu akan berujung pada hal-hal yang tidak kita harapkan, namun kita kembali lagi bahwa kami sebagai orang tua, terlebih lagi bangsa kita adalah pemaaf, tentu saja kita selesaikan masalah ini dengan sebaik-baiknya agar tidak terulang kembali, kita siap memaafkan atas kekeliruan dan kesalahfahaman ini. Ada pun untuk meredam kemarahan warga saat ini, kita siap menerima Eyang Guru tersebut untuk meminta maaf kepada warga demi keamanan dan kenyamanan kita sebagai warga masyarakat Desa Kotaraja.
Secara pribadi, para Pengelengsir Marang bisa memaklumi dan memaafkan Eyang Guru, namun untuk menetralisir kemarahan warga tentu saja harus ada permintaan maaf dari Eyang Guru. Permintaan maaf yang diucapkan secara langsung dihadapan warga.
Dalam pertemuan tersebut diutus Kawil Marang Selatan Khaerul Faridi untuk secara pribadi menemui Kawil dimana Eyang Guru berdomisili guna membahas permasalahan ini agar tidak berlarut-larut dan menyelesaikannya secara kekeluargaan.
Kesimpulan :
Kesalahfahaman rentan terjadi jika kita tidak memahami sesuatu dari berbagai sisi. Jadi, mari kita biasakan diri untuk mempelajarai segala sesuatunya sebelum membuat kesimpulan. Setiap permasalahan tentu ada solusi, mari kita utamakan penyelesaian secara kekeluargaan.
Semoga bermanfaat...
Luar biasa salut
ReplyDeleteSblumnya sdh diutus Kawil utk membahasnya dgn pihak (Eyang Guru) sekaligus mngundang Eyang Guru agar bisa secara langsung meminta maaf. Kalo ini diindahkan, pasti mslh ini akan sgera slesai
ReplyDelete